|
||
|
||
Anda Tamu ke : |
||
IMAN DAN SIKAP TERBUKAOleh : Prof. Dr. Nurcholish Madjid
Dalam Kitab Suci terbaca firman yang artinya kurang lebih demiian :"...maka berilah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku. Yaitu mereka yang mendengarkan perkataan, kemudian mengikuti mana yang terbaik. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah orang-orangyang berakal budi ("ulu al-albab")" (QS. al-Zumar/39 :17). Jadi dalam firman itu dijelaskan bahwa salah satu orang yang memperoleh petunjuk atau hidayah Allah ialah bahwa ia suka belajar mendengarkan perkataan (al-qawl)- yang kata al-Razi dan al-Thabari dapat meliputi sabda-sabda Nabi dan firman Ilahi, serta pendapat sesama manusia, kemudian ia berusaha memahami apa yang ia dengar itu - dan mengikuti mana yang terbaik. Disebutkan pula dalam firman itu bahwa orang-orang yang berprilaku demiian itu orang-orang yang berakal budi. Ajaran yang terkandung dalam firman itu sejalan dengan beberapa nilai yang lain, yang kesemuanya itu dapat disebut sebagai nilai keterbukaan. Nabi sendiri, sebagai teladan kaum beriman, dipuji Allah sebagai orang yang lapang dada, karena memang dijadikan demikian, seperti difirmankan dalam al-Quran surat al-Insyirah. Dan sejalan denagn itu pula maka al-Quran mengkritik orang-orang kafir yang salah satu ciri mereka ialah, jika mereka diingatkan akan suatu kebenaran, mereka berkata, hati kami telah tertutup, jadi tidak lagi sangup mendengarkan sabda Allah atau pendapat orang lain. Padahal yang terjadi adalah bahwa Allah mengutuk mereka karena sikap mereka yang menolak kebenaran itu, sehingga mereka pun memang sedikit sekali kemungkinan untuk beriman. (lihat, QS. al-Baqarah/2 : 88) Semangat ajaran-ajaran Kitab Suci itu dipertegas lagi dengan firman Allah, "Dan barang siapa Allah menghendaki untuk diberi-Nya hidayah, maka Dia lapangkan dada orang itu untuk (atau karena) Islam; dan barang siapa Allah menghendaki sesat, maka Dia jadikan dada orang itu sempit dan sesak, seolah-olah naik ke langit."(QS. al-An'am/6 : 125). Oleh karena itu jelas sekali bahwa sikap terbuka adalah bagian dari pada iman. sebab seseorang, seperti ternyata dari firman berkenaan dengan sikap kaum kafir tersebut di atas, tidak mungkin menerima kebenaran jika ia tidak terbuka. Karena itu difirmankan bahwa sikap tertutup, yang diibaratkan dada sempit dan sesak, adalah indikasi kesesatan. Sedangkan sikap terbuka itu sendiri adalah bagian dari sikap "tahu diri", yaitu tahu bahwa diri sendiri mustahil mampu meliputi seluruh pengetahuan akan kebenaran. Sikap "tahu diri", dalam makna yang seluas-luasnya adalah kualitas pribadi yang amat terpuji, sehingga ada ungkapan bijaksana bahwa "barang siapa yang tahu dirinya maka ia akan tahu Tuhannya". Artinya, kesadaran akan ketidakterbatasan dan kemutlakan Tuhan. Jadi tahu diri sebagai terbatas adalah isyarat tahu tentang Tuhan sebagai Yang Tak Terbatas, yang bersifat serba maha. Dalam tingkah laku nyata, "tahu diri" itulah yang membuat juga rendah hati (harap jangan dicampuradukkan dengan "rendah diri"). Dan sikap rendah hati itu adalah permulaan adanya sikap jiwa yang suka menerima atau receptive terhadap kebenaran. Ini lah pangkal iman dan jalan menuju Kebenaran.
|
Demi waktu ! Sesungguhnya manusia pasti berada dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman (dan istiqomah dengan imannya dan mau membuktikannya dengan) beramal sholeh serta mau saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran (QS. Al-Ashr : 1 ~ 3) |
Last update 17/05/2001
copyright © 2001 pd pemuda muhammadiyah pbg.
design by : shodikin ms pbg.